Kesederhanaan Si Kaya
Jangan liat bahasanya, maklum nulisnya sambil terkantuk-kantuk!!!
Orang kaya identik dengan hal-hal yang berbau kemewahan. Tampil necis, bersih dan yang dibawanya serba produk masa kini. Mengendarai mobil mewah dengan menenteng HP terbaru berharga jutaan rupiah. Ke mana-mana dipandang terhormat oleh orang yang melihatnya.
Tapi berbeda dengan bapak ini. Kemarin sore dia datang ke bekas kantorku dengan beberapa karyawannya untuk memperbaiki mobilnya yang dipake sang putra. Tampil hanya dengan bercelana pendek, berkemeja dengan kancing baju yang dibiarkan terbuka hingga perutnya yang buncit tampak menyembul keluar. Mobilnya memang terbaru, Kijang Innova dengan menenteng HP Nokia 6110. Orang pasti tahu HP Nokia tipe itu keluaran tahun berapa. Padahal kalo beli Nokia sekelas Communicator 9500 cukup mudah baginya.
Dengan penampilan seperti itu, tak ada yang bakalan mengira kalo dia seorang pengusaha kaya dengan berbagai jenis usaha tersebar di Jakarta dan wilayah-wilayah lain di Indonesia (meskipun tidak 100% miliknya). Orang Indonesia tentunya tahu Taman Impian Jaya Ancol atau perumahan Bintaro Jaya. Keduanya berada di bawah naungan PT. Pembangunan Jaya. Atau Hotel Horizon dan Mall Metropolitan yang sama-sama dibawah bendera PT. Metropolitan Land. Entah tersebar di mana lagi saham miliknya bertebaran. Yang jelas, antara kekayaan dan ketenarannya tak sebanding dengan penampilannya. Ada yang mengatakan "Tampang Desa Rejeki Kota". Memang cocok ungkapan itu baginya.
Keluarganya pun hidup sederhana. Rumahnya juga bukan bangunan baru. Di dalam rumahnya memang berjajar hampir selusin mobil, tapi separuhnya merupakan mobil tua koleksinya. Berangkat ke kantornya yang berada di kawasan Thamrin pun tanpa diantar sopir, apalagi pengawal pribadi. Mungkin karena tampil sederhana itulah yang menjadikan dia aman kemanapun dia pergi.
Istrinya seorang wanita yang sabar dan penyayang. Dengan rambut yang sudah memutih, tak menjadikan dia lemah dalam mengurus rumah tangganya. Pernah suatu ketika aku dipanggil ke rumahnya untuk memperbaiki komputer cucunya yang rusak. Ketika aku berada di ruang komputer, dia menemani aku beserta beberapa karyawannya. Melihat aku lagi batuk, dia tanya ke aku apakah aku sudah minum obat apa belum? Juga menanyakan obat batuk yang cocok untuk aku. Aku jawab kalo aku sudah minum obat batuk. Tapi karena batukku nggak cuma sekali dua kali, akhirnya dia bergegas mengambil obat batuk simpanannya. Aku bersikeras untuk tidak minum obat itu, alasanku obat batuk cair nggak cocok untuk aku. Mungkin karena kasihan melihat aku batuk terus, tanpa aku duga dia berniat menyuapi aku sesendok obat batuk miliknya. Aku bener-bener keki dan malu. Akhirnya aku ambil sendok + obat di tangannya dan langsung aku minum. Dia juga tak pernah sungkan menyuruh aku makan setiap kali selesai memperbaiki komputer. Dalam hatiku, sungguh beruntung sekali punya orang tua seperti mereka.
Semoga Tuhan senantiasa menjaga dan melindungi Pak Krisman beserta keluarganya. AMIN
<< Home