Buat apa ke kota...
Bulan Juli adalah bulan penutupan dan pembukaan tahun ajaran baru. Pada bulan ini, banyak orang disibukkan oleh berbagai macam aktifitas yang berhubungan dengan pendidikan. Lulusan SD sibuk mencari sekolah SMP, lulusan SMP sibuk mencari sekolah SMA dan sederajat, lulusan SMA dan sederajat sibuk mencari Perguruan Tinggi. Bagi mereka yang nggak sanggup ngelanjutin sekolah ke jenjang yang lebih tinggi biasanya sibuk mencari kerja.
Para pencari kerja baru ini umumnya cenderung mencari kerja di kota. Sangat jarang mereka mencari kerja di daerah asalnya, padahal di daerah asalnya mungkin masih ada lapangan kerja yang belum tergarap. Alasan klasik mereka yang mencari kerja di kota adalah cari pengalaman selain juga mengharapkan gaji tinggi dan tempat kerja nyama.
Bekasi dan beberapa kota industri lainnya dengan ratusan perusahaan milik PMDN dan PMA masih belum mampu menampung jumlah tenaga kerja baru ini. Tidak semua perusahaan menerima karyawan baru, apalagi dengan kondisi perekonomian dunia yang nggak menentu seperti sekarang ini. Akibatnya pengangguran bertambah banyak.
Kalau saja dari kecil ditanamkan jiwa wiraswasta, mungkin mampu meredam jumlah pengangguran. Dengan membekali mereka keterampilan sesuai dengan karakter daerah mereka, bukan tidak mungkin arus urbanisasi akan berkurang dan jumlah pengangguran di kota juga semakin berkurang. Ada banyak contoh usaha yang bisa dikembangkan di desa. Beternak misalnya. Kebanyakan orang-orang di desa memelihara hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, bebek dan juga ikan. Kebanyakan usaha ini tidak digarap dengan serius karena hanya merupakan usaha sampingan, mata pencaharian utama adalah bertani. Seandainya digarap dengan serius, ypasti usaha ini akan memberikan keuntungan yang besar. Jadi, buat apa ke kota...
<< Home