Wednesday, October 27, 2004

Perumpamaan orang-orang tamak

Zaman dahulu ada seorang petani yang suka bekerja keras dan berbudi baik,
yang mempunyai beberapa anak laki-laki yang malas dan tamak. Ketika sekarat,
Si Tua mengatakan kepada anak-anaknya bahwa mereka akan menemukan harta
karun kalau mau menggali tempat tertentu di kebun. Segera setelah ayah itu
meninggal, anak-anaknya bergegas kekebun, menggalinya dan satu sudut ke
sudut lain, dengan putus asa dan kehendak yang semakin memuncak setiap kali
mereka tidak menemukan emas di tempat yang disebut ayahnya tadi.

Namun mereka sama sekali tidak menemukan emas. Karena menyadari bahwa ayah
mereka itu tentunya telah membagi-bagikan emasnya semasa hidupnya,
lelaki-lelaki muda itupun menanggalkan usahanya. Akhirnya, terpikir juga
oleh mereka, karena tanah sudah terlanjur dikerjakan, tentunya lebih baik
ditanami benih. Mereka pun menanam gandum, yang hasilnya melimpah-limpah.
Mereka menjualnya, dan tahun itu mereka menjadi kaya.

Setelah musim panen, mereka-berpikir lagi tentang harta terpendam yang
mungkin masih luput dari penggalian mereka; mereka pun menggali lagi ladang
mereka, namun hasilnya sama saja.

Setelah bertahun-tahun lamanya, merekapun menjadi terbiasa bekerja keras,
disamping juga mengenal musim, hal-hal yang tidak pernah mereka pahami
sebelumnya. Kini mereka memahami cara ayah mereka melatih mereka; mereka pun
menjadi petani-petani yang jujur dan senang. Akhirnya mereka memiliki
kekayaan yang cukup untuk membuat mereka sama sekali melupakan perkara harta
terpendam tersebut.

Itulah juga ajaran tentang pengertian terhadap nasib manusia dan karma
kehidupan. Guru, yang menghadapi ketidaksabaran, kekacauan, dan ketamakan
murid murid, harus mengarahkan mereka ke suatu kegiatan yang diketahuinya
akan bermanfaat dan menguntungkan mereka tetapi yang kepentingan dan
tujuannya sering tidak terlihat oleh murid-mulid itu karena kebelumdewasaan
mereka.

Catatan:
Kisah ini, yang menggarisbawahi pernyataan bahwa seseorang bisa
mengembangkan kemampuan tertentu meskipun ia sebenarnya berusaha
mengembangkan kemampuannya yang lain, dikenal sangat luas. Hal ini mungkin
disebabkan adanya pengantar yang berbunyi, "Mereka yang mengulangnya akan
mendapatkan lebih dari yang mereka ketahui."


"Perhatikanlah hatimu karena ia akan menjadi fikiranmu
Perhatikanlah fikiranmu karena ia akan menjadi perkataanmu
Perhatikanlah perkataanmu karena ia akan menjadi perbuatanmu
Perhatikanlah perbuatanmu karena ia akan menjadi kebiasaanmu
Perhatikanlah kebiasaanmu karena ia akan menjadi karaktermu
Dan Perhatikanlah karaktermu karena ia akan menjadi lintasan hatimu"