Wednesday, September 22, 2004

Tidak ada istri yang ideal...

Seorang teman ketika masih single mempunyai "cita-cita" kelak memiliki seorang istri yang kutilangdasi: kuning, tinggi, langsing, dan (maaf) dada berisi, juga berotak cemerlang dan bermoral yang baik. Bertahun-tahun ia mencari calon istri yang ideal menurut pandangannya. Tetapi selalu kandas di tengah jalan karena wanita yang ia temui tidak sesuai dengan idealismenya. Begitu bertemu dengan seorang wanita, ada saja kekurangannya.
Konon, jika "distatistik", lebih banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Ketika usia teman saya sudah mencapai angka tiga puluh lima, sedikit demi sedikit gambaran istri yang ideal mulai luntur. Ia merasakan betapa sulitnya mencari istri yang ideal. Istri yang sesuai dengan kriterianya. Akhirnya ia menikah dengan seorang wanita yang jauh dari sosok istri yang ideal. Istrinya memang kuning, tapi tidak tinggi, tidak langsing, bahkan bisa dikatakan bertolak belakang karena ia gemuk. Otaknya juga tidak cemerlang, meski tidak begitu bodoh. Tapi moralnya baik. "Kalau saya terus memburu istri yang ideal menurut kacamata saya, mungkin saya tidak akan menikah," kata teman saya suatu ketika tanpa ditanya. Tampaknya gambaran istri yang ideal, adalah istri yang sempurna; fisik, kepribadian, dan keterampilan. Dan gambaran itu tidak hanya menjadi keinginan teman saya. Hampir setiap lelaki yang normal (termasuk saya), pasti mengharapkan istri yang ideal. Istri yang sempurna. Istri ya ng tidak mengecewakan. Istilah populernya, istri yang tidak malu-maluin jika dibawa kondangan, yang terampil di dapur, dan berakhlak mulia.
Keinginan untuk memperoleh istri yang ideal bukan hanya semata-mata karena kebutuhan pribadi akan istri yang "sempurna lahir batin", tetapi juga ingin "pamer", ingin dipuji oleh orang lain. Dengan banyak pujian, hati akan merasa bangga. Dada dibusungkan. Ya, ada unsur sombong. Terlebih-lebih jika membaca novel picisan atau menyaksikan sinetron yang ditayangkan televisi-televisi swasta kita. Betapa hebatnya sosok istri: kaya, cantik, cerdas, sepertinya tanpa cacat sedikit pun. Sehingga tidak mengherankan, jika kaum lelaki juga terobsesi untuk mendapatkan istri yang ideal, istri yang "sempurna lahir batin." Sayangnya, seperti teman saya, jarang sekali orang yang dapat menemukan istri yang persis sama dengan yang diharapkan. Separuh atau seperempat saja dari "kriteria" ideal yang dapat ditemukan pada sang istri, itu sudah sangat bagus. Bahkan, bisa jadi, tidak satu pun "kriteria" ideal itu ada pada sang istri. Dan, betul juga pendapat teman saya di atas, kalau terus memburu i stri yang ideal, mungkin bisa menjadi lelaki yang tak laku-laku. Karena entah kapan dapat kita temukan. Sementara waktu terus memburu kita yang berarti usia terus bertambang. Itu sama saja kita semakin tua. Tentu saja, kondisi kita semakin menurun. Kalaupun ada wanita yang ideal, mungkin sudah menjadi milik orang lain. Jadi, sama saja kita tak dapat memiliki wanita itu untuk menjadi istri kita.
***
Sering kaum lelaki mengomentari pasangan yang dianggap tidak ideal. Misalnya ketika ada pasangan yang wanitanya sangat cantik, sementara lelakinya biasa-biasa saja, muncullah kelakar dan komentar, "Wah, bagi si lelaki, sih, anugerah, tapi bagi wanitanya itu, musibah," atau komentar-komentar lain yang pada hakikatnya ada rasa cemburu, rasa iri melihat kebahagiaan orang lain. Bisa jadi karena pelampiasan sebab istri sendiri ternyata tidak ideal. Padahal, kita belum tahu, apakah pasangan yang kita komentari itu bahagia atau tidak. Jangan-jangan hanya bahagia secara lahiriah. Batiniahnya tidak bahagia. Atau kedua-duanya, ya lahiriah, ya batiniah tidak bahagia.
Walaupun istri yang kita dapat tidak sesuai dengan yang kita idam-idamkan, bukan berarti kita harus kecewa berkepanjangan. Bahkan sampai stres. Apalagi sampai menyesali diri. Meratapi nasib yang kita anggap sial. Sebab, bagaimanapun juga, jodoh, rezeki, dan kematian sudah ada yang "mengatur". Semua sudah menjadi suratan. Sudah menjadi takdir yang tidak bisa dibantah. Pada akhirnya kita hanya pasrah. Ya, manusia berusaha, tapi Allah -lah yang menentukan segalanya. Sebab, Dialah yang Maha Kuasa. Dan kita harus yakin, bahwa pilihan Allah adalah pilihan yang terbaik buat kita. Hanya saja kita tidak mengetahuinya.
Kita memang harus legawa menerima istri kita yang memang sudah menjadi jodoh kita. Dengan perasaan itu, maka semua yang kita kerjakan menjadi lebih enjoy. Tidak ada yang mengganjal dalam pikiran kita. Kita harus menerima istri kita apa adanya. Menerima seutuhnya. Ya kekurangannya, ya kelebihannya. Manusia memang selalu diberi kekurangan di samping kelebihan. Hanya saja, kita terkadang hanya melihat kekurangannya saja. Sementara kelebihan yang ada pada seseorang, termasuk istri kita, jarang kita perhatikan. Atau tepatnya tidak pernah kita perhitungkan. Kita sendiri sebenarnya juga memiliki kekurangan, baik kita sadari maupun tidak. Manusia memang tidak ada yang sempurna.
Ya, harus kita sadari dan camkan dalam hati bahwa di dunia ini memang tidak ada istri yang ideal. Dengan kesadaran seperti itu, maka kita bisa menerima istri kita dengan perasaan cinta dan kasih sayang. Tak ada lagi penyesalan.