Monday, December 20, 2004

Ma'afkan aku nak...

maafkan aku telah memarahimu tadi malam, nak...
hanya karena engkau menumpahkan setengah gelas susu
yang aku paksakan harus kau minum sebelum tidurmu
agar sehat, kuat dan cepat pertumbuhan badanmu
agar otakmu cerdas dan engkau kelak berhasil jauh melebihi aku...

maafkan aku telah berlaku kasar padamu tadi malam, nak...
aku tak rela engkau terlalu banyak bersenda gurau dengan temanmu
aku tidak mau engkau terlalu asyik bercanda dengan adikmu
aku mau engkau serius mengerjakan pe-er dan tugas dari guru
aku mau engkau berkutat dan tak pernah lepas membaca buku...

maafkan aku tak sempat menciummu pagi ini, nak...
aku terlalu sibuk dan terburu-buru,selepas sholat shubuh atau setelah doapagi,
menyalakan televisi memeriksa email di komputer sambil mendengarkan berita terkini
memanaskan mobil sambil sedikit melirik koran pagi
aku cuma sempat menghirup seteguk kopi, bahkan tanpa roti...

maafkan aku tak sempat memelukmu pagi ini, nak...
waktuku tidak cukup untuk urusan remeh-temeh seperti itu
waktuku sudah cukup terkuras untuk urusan yang lebih penting dan produktif
waktuku hanya cukup untuk bisnis, meeting, appointment, tennis dan seminar interaktif
waktuku tak pernah cukup, bahkan untuk diriku sendiri....

maafkan aku tak sempat menemani jelang tidurmu malam ini, nak...
kita sudah jarang sholat maghrib dan isya' berjamaah
atau berdoa malam saat menjelang tidur
kita tak pernah lagi bercengkerama sambil menonton film kartun kesukaanmu
aku tak pernah lagi mendongeng sembari melihat wajahmu yang sumringah
dan kita tak sempat lagi berdoa bersama: bismika allaahumma ahya wa
bismika amuutu...
atau Ya Tuhan terima kasih atas rejeki yang kau berikan dan keselamatan atas
keluarga kami..

maafkan aku telah mencerabut engkau dari dunia kecilmu, nak...
dan memaksa engkau terlalu cepat dewasa dengan tanganmu yang masih sangat mungil,
aku terlalu cepat mengajarimu berkompetisi agar kamu terus unggul
dan berprestasi dengan pikiranmu yang masih sangat bening,
aku terlalu cepat mengajarimu trik menjawab persoalan agar nilai
matematikamu selalu diatas delapan dengan hatimu yang belum
terkontaminasi, aku terlalu cepat mengajarimu metode membela diri
dari gangguan orang jahat dan pedophili...

maafkan aku telah menjauhkanmu dari ghirah, nilai2 dan nuansa keagamaan nak...
kusangka tunai tugasku dengan sekadar mengimbuhkan nama junjungan kita di-tengah2 namamu
kukira lepas tanggung jawabku dengan telah memilihkan sekolah favorit untukmu
aku tidak menduga bahwa engkau lebih fasih mendendangkan lagu 'jamrud' daripada surat al-kautsar atau lagu-2 rohani
aku tak mengira engkau lebih mengidolakan keperkasaan 'smack-down' daripada
sahabat Umar... atau hamzah, atau rasul

padahal aku mendambakan sosok Ismail kecil dalam ucapanmu, sosok Ibrahim belia
dalam pemikiranmu, sosok Yusuf muda dalam kecerdasanmu,
dan sosok tauladan Muhammad atau Isa dalam perilakumu....

maafkan aku, nak...
kurasa lebih baik engkau tidak mengetahui doaku yang masih belum tepat waktu
kurasa lebih baik engkau tidak melihat luapan marahku yang sesekali kutumpahkan
pada ibumu kuharap engkau tidak perlu menikmati sebagian hartaku yang rada'abu-abu'
agar tak rusak akhlakmu, agar tak tergores hatimu, agar tak mengalir darah haram
ditubuhmu...

ya Allah, Ya Tuhan-ku tumbuhkan anakku menjadi anak yang qurrata a'yuni ,
dan anak yang saleh dan menjadi imam bagi orang2 yang bertakwa...

Friday, December 10, 2004

Sari Ilmu

Seorang lelaki yang sibuk menggembalakan domba-dombanya di padang rumput dihampiri seorang cendekiawan. Terjadilah perbincangan singkat antara keduanya. Dari perbincangan itu, si cendekiawan tahu bahwa penggembala itu buta huruf.

"Mengapa kau tidak belajar?", tanya cendekiawan.
"Aku telah mendapatkan sari semua ilmu. Karena itu aku tidak perlu belajar lagi", jawab penggembala mantap.
"Coba jelaskan pelajaran apa yang telah kau peroleh?", pinta sang cendekiawan.
Sambil menatap lelaki berpenampilan rapi itu, penggembala menjelaskan :
"Sari semua ilmu pengetahuan ada lima.
Pertama, selagi masih ada peluang untuk bersikap jujur, aku tidak akan pernah berbohong.
Kedua, selama masih ada makanan halal, aku tidak akan pernah memakan makanan haram.
Ketiga, jika masih ada cela (aib, kekurangan) dalam diriku, aku tidak akan mencari-cari (mempermasalahkan) keburukan orang lain.
Keempat, selagi rezeki Alloh masih ada di bumi, aku tidak akan pernah memintanya kepada orang lain.
Kelima, sebelum menginjakkan kaki di surga, aku tidak akan pernah melupakan tipu daya setan"

Cendekiawan itu sangat kagum atas jawaban sang penggembala seraya berkata "Kawan, semua ilmu telah terkumpul dalam dirimu. Siapapun yang mengetahui kelima hal yang kau sebutkan tadi dan melaksanakannya, pasti dapat mencapai ilmu-ilmu Islam serta tidak memerlukan buku-buku dan filsafat"
(dikutip dari KISAH PARA PECINTA ALLAH karya Muchsin Labib & Farouk bin Dhiya)

Komentar :
- buta huruf tidak sama dengan bodoh
- belajar tidak sama dengan sekolah
- buku-buku ilmu dan filsafat adalah alat untuk belajar, yang mungkin tidak berguna bagi orang buta tetapi sangat bermanfaat bagi mereka yang bisa baca tulis untuk menguasai ilmu.

Tuesday, December 07, 2004

Nafkah keluarga... tanggung jawab siapa?

Hari ini aku chatting dengan temanku yang sudah berkeluarga. Sebut saja inisial temanku itu NR dan suaminya inisial DD. Mereka sudah lama menikah, tapi entah berapa lama umur pernikahan mereka.

Tidak biasanya hari ini mbak NR ngajak chat serius. Memang sih biasanya kami ngobrolnya yang ringan-ringan, palingan soal lagu soalnya aku paling sering minta dikirimin lagu sama dia. Pas ulang tahunku kemarin saja aku minta dikirimi lagunya Iwan Fals "Pesawat Tempur" sebagai kado ultahku. Entah ada berapa lagu kiriman beliau yang sudah aku simpan di server.

Chat serius yang dimaksud adalah soal nafkah keluarga. Sebagai istri, mbak NR merasa belum diberi nafkah oleh suaminya. Hampir semua kebutuhan sehari-hari dia yang harus ngeluarin duit. Sementara gaji sang suami hanya cukup buat bayar/nyicil rumah dan bayar listrik.

Berikut log chat antara aku dengan mbak NR
NR (2:01:36 PM): aku pengen ngomong serius..
djonkjava (2:09:23 PM): ngomong apa
djonkjava (2:09:28 PM): biasanya nggak serius ya?
NR (2:09:38 PM): :))
djonkjava (2:09:45 PM): halah.... malah malah ketawa
djonkjava (2:10:20 PM): jadi serius gak
djonkjava (2:10:42 PM): gak serius aku tinggal tiduran lho
NR (2:10:47 PM): aku abis baca milis2 lama padhang mbulan. menurutmu dlm kondisi apapun suami harus menafkahi istri ya?
djonkjava (2:11:12 PM): mbuh....
djonkjava (2:11:16 PM): aku belum jadi suami kok
NR (2:11:45 PM): weh.. jangan gitu lah. itu kan pengetahuan..
djonkjava (2:11:46 PM): aku malah belum baca...
djonkjava (2:12:28 PM): pamit dulu ya....
djonkjava (2:12:31 PM): 30 menit
djonkjava (2:12:37 PM): lanjut nanti sore
djonkjava (2:12:40 PM): ada perlu
NR (2:12:48 PM): gimana sih...
NR (2:12:53 PM): katanya tadi suruh ngomong.
NR (2:12:59 PM): yo wis..
djonkjava (2:46:33 PM): gimana
djonkjava (2:46:36 PM): lanjut lagi nggak
NR (2:46:45 PM): wis tah?
djonkjava (2:46:47 PM): wis
NR (2:48:17 PM): iya... yang tadi... gimana menurutmu?
djonkjava (2:48:47 PM): menafkahi istri kan wajib to
djonkjava (2:48:52 PM): termasuk menafkahi keluarga
djonkjava (2:49:39 PM): tapi orang vietnam kok kebalik ya
djonkjava (2:49:46 PM): banyakan cewek yang kerja dibanding cowok
djonkjava (2:49:57 PM): enak mungkin ya nikah sama cewek vietnam... :D
NR (2:50:18 PM): lha itu yang menarik diomongkan..
NR (2:50:37 PM): apa kalo istri punya penghasilan sendiri trus kewajiban suami gugur?
djonkjava (2:50:44 PM): entahlah
djonkjava (2:51:01 PM): adat mungkin yang mewajibkan suami menafkahi istri
djonkjava (2:51:09 PM): juga Agama
NR (2:51:17 PM): lho..hukum agama rek..
djonkjava (2:51:25 PM): kalo dia Islam
djonkjava (2:51:30 PM): orang Vietnam kan bukan Islam
NR (2:52:00 PM): berarti kalo orang Islam tetep?
djonkjava (2:52:05 PM): tetep lah
djonkjava (2:52:12 PM): semampunya...
djonkjava (2:52:25 PM): mosok kebo nusu gudel
djonkjava (2:52:28 PM): :D
NR (2:52:35 PM): :-?
djonkjava (2:52:44 PM): Emang kamu nggak dinafkahi mas DD ya
NR (2:53:16 PM): lha kuwi bingungnya..
NR (2:53:24 PM): jangan ngomong sama mas DD ya..

djonkjava (2:53:28 PM): he eh
djonkjava (2:54:00 PM): tapi mbak, kalo kamu nggak dinafkahi mas DD... kan rezeki mas DD juga untuk kelangsungan keluargamu juga to
NR (2:54:23 PM): :-?
djonkjava (2:54:39 PM): Maksud kamu nafkah yang bisa langsung dinikmati gitu ya?
NR (2:54:51 PM): ya nggak..
NR (2:55:07 PM): tapi gini..

djonkjava (2:55:22 PM): gimana
NR (2:56:12 PM): bingung ngomongnya..
djonkjava (2:56:19 PM): hehehehe...
djonkjava (2:57:05 PM): apa selama ini, lakum dinukum waliyadin
djonkjava (2:57:24 PM): maksudnya... untukmu rezekimu, untukku rezekiku
NR (2:57:31 PM): enggak.
djonkjava (2:57:38 PM): trus
djonkjava (3:01:46 PM): kok diam
NR (3:03:53 PM): hehehe..iya.
djonkjava (3:04:06 PM): mumet yo
NR (3:05:24 PM): soalnya kalo aku lucu..
NR (3:05:38 PM): gajine mas DD cuma buat bayar rumah sama listrik.
NR (3:05:53 PM): lainnya pake gajiku ..
NR (3:06:05 PM): berarti mas DD nggak menafkahi aku no?
NR (3:06:23 PM): cuma minjemi tempat tinggal? hehehe..

djonkjava (3:06:47 PM): gajimu lebih besar dari gaji mas DD ya?
NR (3:06:57 PM): enggak juga.
NR (3:07:15 PM): itu juga bikin bingung..

djonkjava (3:07:20 PM): rumah itu kan juga punyamu mbak
NR (3:07:41 PM): mungkin.
NR (3:08:18 PM): apa aku saja yang mbayar rumah trus mas DD belanja ya?

djonkjava (3:08:53 PM): coba saja dibalik gitu
NR (3:09:14 PM): iyo... ,
djonkjava (3:10:01 PM): bikin perbandingan...
djonkjava (3:10:10 PM): berat belanja apa bayar rumah + listrik
NR (3:10:20 PM): belanja bulaanan aku, harian, pembantu, uang kampung, arisan, gas, air, maen, kadang bensin juga, baju, tetek bengek lain..
NR (3:10:39 PM): hampir sama..

djonkjava (3:11:02 PM): apa model rotasi
NR (3:11:11 PM): tapi kan itu tadi.. jadinya kewajiban memberi makan dan pakaina jadi gak dilakukan..
djonkjava (3:11:19 PM): bulan sekarang mbak NR bayar rumah + listrik, bulan berikutnya bayar belanja
NR (3:12:09 PM): masalahnya repot mbayarnya sih..
djonkjava (3:12:20 PM): repote gimana
djonkjava (3:12:36 PM): kamu nyerahkan saja ke mas DD sejumlah uang
djonkjava (3:12:59 PM): trus kamu terima uang juga dari mas DD buat bayar kewajibannya
NR (3:13:55 PM): :-?
djonkjava (3:14:08 PM): gimana
djonkjava (3:14:12 PM): gak masuk akal ya
NR (3:15:32 PM): bisa juga sih...
djonkjava (3:16:26 PM): kamu dengan gaji yang sekarang masih bisa menyisihkan uangmu untuk kebutuhan pribadi nggak mbak?
djonkjava (3:16:46 PM): apa habis buat kebutuhan keluarga
NR (3:17:06 PM): masih bisa untuk pribadi..
djonkjava (3:17:16 PM): mas DD gimana?
NR (3:17:28 PM): jadinya kan aku ngidupi diriku sendiri, ngidupi keluarga.
djonkjava (3:17:37 PM): bisa menyisihkan untuk kebutuhan pribadinya gak?
NR (3:18:02 PM): kayaknya enggak. aku yg kadang supply..
NR (3:18:16 PM): piye jal?

djonkjava (3:18:30 PM): sebenarnya sudah benar cara hidup keluargamu
djonkjava (3:18:45 PM): masing-masing punya kewajiban sendiri2
djonkjava (3:18:54 PM): mas DD bayar rumah + listrik, kamu kebutuhan keluarga
djonkjava (3:19:13 PM): mas DD kayaknya juga maksimal dlm berusaha memenuhi kewajibannya
djonkjava (3:19:31 PM): sampe nggak bisa menyisihkan untuk kebutuhan pribadinya
djonkjava (3:20:15 PM): hanya kamu saja yang merasa terbebani karena merasa nggak dinafkahi suami
djonkjava (3:20:27 PM): malah memberi lebih untuk kebutuhan keluarga
NR (3:21:49 PM): misalnya aku nggak kerja?
djonkjava (3:23:47 PM): heh?!?
djonkjava (3:24:04 PM): nah, kalo itu lain lagi masalahnya
NR (3:25:15 PM): :|
djonkjava (3:26:00 PM): nek masalahe kamu nggak kerja... aku nggak bisa komentar dengan kondisi seperti sekarang ini
djonkjava (3:26:07 PM): paling2 pangkas sana pangkas sini
NR (3:26:27 PM): pangkas rumah juga..
djonkjava (3:26:35 PM): kalo perlu...
djonkjava (3:26:45 PM): tapi jangan rumah lah...
djonkjava (3:26:59 PM): jangan kebutuhan primer
djonkjava (3:27:03 PM): pangkas yang sekunder
NR (3:27:19 PM): lha iya no..gaji mas DD buat bayar rumah + listrik
NR (3:27:28 PM): masak gak mbayar listrik?

djonkjava (3:27:41 PM): iya ya....
djonkjava (3:28:05 PM): #-o
NR (3:28:10 PM): maksudku itu...jadi fungsi penyangga rumah tangga itu jadi bias..
NR (3:28:52 PM): buatku sih gak problem sebenarnya..krn semua diniati ibadah..
NR (3:29:25 PM): cuma kan takutnya ada yg jadinya tidak melaksanakan kewajiban.

djonkjava (3:29:27 PM): jangan-jangan kamu belum punya anak karena mikir itu ya
NR (3:29:38 PM): nggak....
djonkjava (3:29:42 PM): syukurlah....
NR (3:30:18 PM): aku lagi kepikir iku mau wae..
NR (3:30:22 PM): iki
NR (3:30:44 PM): sama kemaren juga pas dengerin kotbah nikahnya masku di bdg..

djonkjava (3:31:05 PM): hmmm...
djonkjava (3:34:04 PM): NR: cuma kan takutnya ada yg jadinya tidak melaksanakan kewajiban. <==== menurutku mas DD orangnya bertanggung jawab, keterbatasan dia yang bikin mas DD belum bisa menanggung sendiri beban keluarga
NR (3:34:53 PM): aslinya bukan keterbatasan..karen sebelumnya semua krn kesepakatan berdua.
djonkjava (3:35:03 PM): gaji nggak mencukupi untuk menutup kebutuhan keluarga, apalagi memberi lebih pada istri
NR (3:35:27 PM): :)
djonkjava (3:36:15 PM): kalo menurutku ya keterbatasan....
djonkjava (3:36:48 PM): sampe mas DD nggak bisa nyisihkan gajinya gitu kok
djonkjava (3:38:36 PM): kecuali mas DD gajine gedhe... tapi maunya bayar rumah + listrik, repot masalahnya
djonkjava (3:38:55 PM): kamu wajib ngeluh kalo kaya gitu
NR (3:41:14 PM): jadi, so far its okey menurutmu?
djonkjava (3:41:21 PM): Yaaaaaaaaa!!!!

Betapa peliknya kehidupan berumah tangga. Pasangan yang sudah berumah tangga sekian tahun masih membeda-bedakan siapa yang harus bertanggung jawab atas nafkah keluarga. Mestinya menjadi tanggung jawab bersama dengan melihat kemampuan masing-masing. (dj sok pinter)

Monday, December 06, 2004

Days after today...

Edisi Ulang Tahun ke 25

Hari ini aku berulang tahun yang ke 25. Syukur alhamdulillah Alloh memberi aku umur panjang. Semoga umur yang tersisa bisa aku manfaatkan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Tadi pagi, aku ditelpon mbak Hai. Dia orang pertama yang ngucapin selamat ulang tahun kepadaku. Sebenarnya bukan dia yang pertama. Mbak Tutut malah sudah ngucapin selamat ulang tahun 2 hari yang lalu. Kemudian kira-kira jam 9 pagi, pas aku lagi nyalain komputer dan Yahoo Messenger... Bang Abdul "Legal" Muluk, teman dari negeri Jiran Malaysia juga ngucapin Selamat Hari Lahir. Pas aku tanya kok dia sampai ingat hari lahirku, ternyata tanggal lahir kita sama. Selamat Ulang Tahun buat Bang Legal :)

Berikutnya berturut-turut teman-teman kantor, boss dan teman-teman chatting juga ngucapin selamat. Ada satu yang ngucapin selamat, trus dia tanya mau minta kado apa. Aku bilang dikirimi lagunya Iwan Fals saja. Judulnya Pesawat Tempur. Gak berapa lama email dengan attachment Lagu Pesawat Tempur masuk ke inbox-ku. Teman chat dari Jogja, dari Australia dari Jakarta juga ngucapin selamat.

Yang lucu sekaligus haru, Mbak Nandini ngucapin selamat sekaligus minta alamat kantorku. Dia bilang mau mampir ke tempatku. Aku bilang "gomballll", eh dia malah ngambek. Akhirnya alamat aku kasih beneran. Sore hari kira-kira jam 3, temanku yang kerja di Cyberzone Bekasi ke sini. Dia bilang di depan kantor ada kiriman McDonnald. Ternyata McDonnald kiriman dari Mbak Nandini. Masya Alloh, sungguh nggak dinyana ternyata beliau nggak datang beneran, tapi malah ngirim makanan yang harganya nggak murah. Karena makanan yang dikirim cukup banyak, akhirnya aku bagi-bagi ke teman kantorku termasuk teman dari Bekasi. Aku trus SMS beliau, ngucapin terima kasih. Aku bilang sama beliau, makanan itu kalo aku makan sendiri bakalan habis besok sore. Makanya trus aku bagi-bagi ke teman kantorku. Ternyata dia sengaja beli banyak biar bisa dibagi-bagi dengan teman kantorku.

Mbak Nandini bukan sekali ini saja ngasih aku bingkisan seperti itu. April lalu sewaktu aku pulang dari Surabaya, beliau juga ngasih paket McDonnald. Katanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah bawain titipannya mas Mechatro untuk beliau. Aku kemudian berpikir, bagaimana cara bisa balas kebaikan orang. Aku merasa belum pernah ngasih apa-apa pada orang lain. Semoga Alloh membalas kebaikan mereka. AMIN

Hari ini 1/4 abad sudah aku hidup di dunia. Selama itu aku merasa masih banyak kekurangan di sana sini. Bagi aku, yang sudah-sudah biarlah berlalu, yang penting bagaimana ke depannya. Hari Sabtu lalu aku ke Cilegon, ke rumah Mbak Fitri/Mas Yusuf. Di sana aku diceramahin abis-abisan sama Mas Yusuf karena dia tau aku masuk kuliah. Dia nyaranin aku untuk berpikir ulang kenapa aku kuliah. Kenapa nggak ngumpulin modal saja buat buka usaha sendiri. Ceramah mas Yusuf bikin aku down sampe level terendah. Aku langsung kembali berpikir ke belakang, kenapa aku masuk kuliah.... padahal aku pernah mati-matian menentang teman yang nyaranin aku untuk kuliah. Memang cita-citaku tidak muluk-muluk, aku hanya pengen mandiri. Bagus kalo bisa buka usaha sendiri (Wiraswasta). Sampai sekarang, aku pusing buat mengambil langkah ke depannya. Kuliah atau Ngumpulin modal buat buka usaha sendiri. Apa yang harus aku lakukan untuk hari-hari esok?!??

Ya Alloh, berilah petunjuk kepada hambamu yang lemah ini.

Sunday, December 05, 2004

Diantara Senandung Cinta dan Luka



1.
Berhari-hari hingga bertahun tahun aku sendiri sudah berada disini,
di sebuah tempat terpencil, yang telah mendewasakan aku dan pikiranku,
di sebuah tempat yang kuisi hidup ini hanya dengan kegiatan kampus,
disebuah tempat yang banyak mengajarkan aku arti hidup,
disebuah tempat dimana aku mulai mengharapkan kehadiran seorang teman sejati,
untuk menjalani semua perjuangan ini.

Disebuah tempat dimana aku mulai mengenangnya,
disebuah tempat dimana aku mulai memikirkan wajahny.
Dan waktu telah berbisik kepadaku,
"nampaknya kamu mulai jatuh cinta padanya......."

Kepada impianku yang menjadi teman hidupku aku sering bertanya,
"Salahkah aku mencintainya? "
Tak ada jawaban......sunyi, dan impiaku mendadak bisu padaku.

Rasa sombong dan angkuh sering mengisi sebuah titik di pojok hati,
dimana aku harus mengakui dan kadang menyangkal, apakah aku mencintainya
sebagai seorang teman lelaki terhadap teman perempuannya,
atau sebagai seorang saudara lelaki terhadap sudara perempuannya,
Jika ini adalah awal dari sebuah kesalahan,
Bantu aku untuk melupakan sejenak hingga tiba suatu masa nanti.


2.
Dan aku tersadar bahwa aku tak boleh hanyut dalam rasionalitasku sendiri
Harus kubawa namanya dalam istikharahku yang panjang,
Harus kuadukan pada Sang Maha Pembuat Rencana,
aku akan menangis, apakah ini semua adalah bisikan hatiku,
atau hanya sekedar untuk menggapai impian sesaat.......
jangan biarkan aku mendzalimi perjalanan hidupku,
juga perjalanan hidupnya.

Tapi aku butuh juga seorang teman sejati.
Seorang yang mau melebur jauh ke dalam kesederhanaan hidupku,
seorang teman sejati yang mau tetap berjalan di sampingku,
yang mampu menopang tongkat rapuh dalam jiwaku.
Dan dalam rasa percayaku atau entah impian sesaatku,
aku yakin ia mampu melakukan itu semua"


3.
Walau pada akhirnya, aku akan tahu,
ia akan menolak bisikan hatiku atau impian sesaatku……
sehingga akan kucari setumpuk alasan agar aku membencinya atau
aku akan membenci diriku sendiri.
Meski terluka, amat pedih,
dan aku tak bisa memaksanya untuk masuk dalam rasionalitasku.

Walau pada akhirnya aku tahu ia tak luka,
atau mungkin tak pernah membawa namaku dalam istikharah panjangnya,
karena duniaku dan dunianya berbeda.
Aku ikhlas menerima kenyataan ini.
Betapa, meski luka, aku harus mengerti.

Maafkan, aku telah mengganggu mimpimu....

4.
Hingga detik ini aku tetap tak tahu.
Tapi, aku kemudian juga harus berbesar hati.
Sehingga masih banyak kesempatan dan harapan akan datang,
seorang teman sejati yang lebih sempurna,
yang akan diisyartkan lewat cinta-Nya.

Maafkan aku [pernah] mencintaimu!

Saturday, December 04, 2004

Jika Pada Akhirnya...

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa tidak dinikmati saja,
Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.

Suatu hari nanti,
Saat semua telah menjadi masa lalu
Aku ingin ada di antara mereka
Yang bertelekan di atas permadani
Sambil bercengkerama dengan tetangganya
Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu
Hingga mereka mendapat anugerah itu.

[(Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita, namun aku tetap berusaha senantiasa bersyukur dan bersabar. Dan ternyata, derita itu hanya sekejap saja dan cuma seujung kuku, di banding segala nikmat yang kuterima di sini)
--
(Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertobat dan tak mengulang lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya, hingga sekarang aku berbahagia)]

Suatu hari nanti
Ketika semua telah menjadi masa lalu
Aku tak ingin ada di antara mereka
Yang berpeluh darah dan berkeluh kesah:
Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.

[(Duhai! harta yang dahulu kukumpulkan sepenuh raga, ilmu yang kukejar setinggi langit, kini hanyalah masa lalu yang tak berarti.
Mengapa dulu tak kubuat menjadi amal jariah yang dapat menyelamatkanku kini?)--
(Duhai! nestapa, kecewa, dan luka yang dulu kujalani, ternyata hanya
sekejap saja dibanding sengsara yang harus kuarungi kini.
Mengapa aku dulu tak sanggup bersabar meski hanya sedikit jua?)]

*) Penulis adalah Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah DKI Jakarta.

Friday, December 03, 2004

Cinta Itu Seperti Menunggu Bis Saja

Cinta itu seperti seseorang yang menunggu bis. Sebuah bis datang, dan kau bilang, "Wah...terlalu sumpek dan panas, nggak bisa duduk nyaman nih! aku tunggu bis berikutnya saja" Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih dan kok gak cakep begini... nggak mau ah.." Bis selanjutnya datang, cool dan kau berminat, tapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melewatimu begitu saja. Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong , cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, gua bisa kepanasan". Maka kamu membiarkan bis keempat pergi.. Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor. Ketika bis kelima datang, kau sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kau tuju! Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama..

Moral dari cerita ini, sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kau pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia. Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk 'cal o n', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita. Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kau masih bisa berteriak 'Kiri !' dan keluar denga n sopan. Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi. Cerita ini juga berarti, kalau kau benar-benar menemukan bis yang kosong, kau sukai dan bisa kau percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kau dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu. Untuk dia memberi kesempatan kau masuk ke dalamnya. Karena menemuka n yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Bis seperti apa yang kau tunggu?

Thursday, December 02, 2004

Kata-kata Mutiara

Kata-kata mutiara
Oleh: Jully Cheung

Kuingat kata-kata mutiara yang menusuk dalam batin.
"Orang mulia menyalahkan dirinya, orang bodoh menyalahkan orang lain"
Mengenal diri yang paling penting, adalah utama demi kesadaran jagat raya.
Berarti pula memahami kesalahan, serta kekeliruannya masing-masing.

Semakin banyak yang dipikirkan.
Semakin banyak yang dibutuhkan.
Berarti semakin menumpuk pula resikonya.

Menunggu sangatlah mengesalkan, membosankan dan menggelisahkan.
Meskipun duduk dalam mobil mewah dan cukup makanan.
Apalagi ulahnya orang pemalas.
Yang seumur-umur hanya menunggu waktu yang tidak kunjung berakhir.

Mendidik bukan hanya dengan nasihat saja.
Sebab yang menjadi sukses adalah memberikan contoh dengan perbuatan yang baik.
Sesuai dengan apa yang dikatakannya.
Jangan lain di kata lain di perbuatan.

Semua yang ada di sekitar kita, meskipun tinggi nilainya, tidak ada artinya sama sekali.
Tampaknya seakan semua gersang, jika kita terjangkit penyakit bosan.

Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus

Wednesday, December 01, 2004

Doa Browsing

Bismillahirahmanirahim
Dear Allah Ar-Rahim
Help me log on without fretting
guide me as I am interneting
bless my downloading and uploading
keep my browser from exploding
May my website be protected
let not my password be rejected
keep my line always connected
and all my inputs be accepted
please keep all my program alive
and to remember to back up my harddrive
and protect my computer from crashing drive
from a virus that would make it nesting hive

Aamiin!

Semenit Renungan

Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah...

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah.... Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang.... Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar... Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya... Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah....

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya... Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar.... "Hmm....? Kamu telah berhasil dengan baik anakku..., tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini, pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya, ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan... Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini... di hati orang lain". "Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu... tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf.... Luka itu akan tetap ada... dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik bahkan lebih sakit ...."

Ambilah semenit dari waktumu untuk merenungkan hal ini ...