Tuesday, November 30, 2004

Kecantikan sejati

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku.Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu.Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa dilihat namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Monday, November 29, 2004

Wortel, Telor dan Kopi

Ada sedikit cerita sederhana yang dapat kita jadikan renungan...

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh WORTEL di dalam panci pertama, TELUR di panci kedua dan ia menaruh KOPI BUBUK di panci terakhir.

Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

"Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"

Apakah kamu adalah wortel ? yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur ?, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.

Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan bijaksana, serta dapat membuat keadaan disekelilingmu juga menjadi baik.

Sunday, November 28, 2004

Kasih bunda

Saat engkau hadir di dunia ini, Ibu mendekapmu erat dalam hangat pluknya. Engkau mensyukurinya dengan menjerit sekencang mungkin.
Saat engkau berumur 1 tahun, Ibu menyusui dan memandikanmu. Engkau mensyukurinya dengan tangisanmu yang membangunkannya di tengah malam.
Saat engkau berumur 2 tahun, Ibu melatihmu berjalan. Engkau mensyukurinya dengan berlari menjauh saat Ibu memanggil.
Saat engkau berumur 3 tahun, Ibu membuatkan bubur untukmu dengan penuh cinta. Engkau mensyukurinya dengan membanting mangkokmu ke lantai hingga berceceran.
Saat engkau berumur 4 tahun, Ibu memberimu pensil warna. Engkau mensyukurinya dengan mencoreti permukaan meja makan.
Saat engkau berumur 5 tahun, Ibu memakaikan pakaian terbaik untukmu dan mengajakmu jalan-jalan. Engkau mensyukurinya dengan meloncat-loncat di atas genangan lumpur yang kau jumpai.
Saat engkau berumur 6 tahun, Ibu memasukkanmu ke sekolah dasar. Engkau mensyukurinya dengan berteriak, "AKU TIDAK MAUU !!"
Saat engkau berumur 7 tahun, Ibu membelikanmu bola sepak. Engkau mensyukurinya dengan menyepaknya kuat-kuat hingga memecahkan kaca jendela tetanggamu.
Saat engkau berumur 8 tahun, Ibu membelikanmu es krim. Engkau mensyukurinya dengan menumpahkannya ke pangkuanmu.
Saat engkau berumur 9 tahun, Ibu membayarkan kursus piano untukmu. Engkau mensyukurinya dengan tak pernah serius berlatih.
Saat engkau berumur 10 tahun, Ibu mengantarkanmu bermain bola, berolahraga dan ke pesta ulang tahun temanmu.. Engkau mensyukurinya dengan melompat keluar dari mobil tanpa berpamitan.
Saat engkau berumur 11 tahun, Ibu mengajak engkau dan temanmu ke bioskop. Engkau mensyukurinya dengan menyuruh Ibu duduk di barisan yang berbeda.
Saat engkau berumur 12 tahun, Ibu mengingatkanmu untuk tidak menonton acara TV tertentu. Engkau mensyukurinya dengan menunggu hingga Ibu keluar rumah.
Belasan tahun kemudian,
Saat engkau berumur 13 tahun, Ibu menyuruhmu memotong rambut.Engkau mensyukurinya dengan mengatakan bahwa Ibu tidak mengerti mode.
Saat engkau berumur 14 tahun, Ibu membayarkan kemah remaja selama sebulan untukmu. Engkau mensyukurinya dengan tak pernah menceritakan kabarmu selama itu.
Saat engkau berumur 15 tahun, Ibu pulang dari kantor, mencari pelukanmu. Engkau mensyukurinya dengan menutup dan mengunci pintu kamarmu.
Saat engkau berumur 16 tahun, Ibu mengajarkan padamu cara mengendarai mobil. Engkau mensyukurinya dengan memakai mobil setiap ada kesempatan.
Saat engkau berumur 17 tahun, Ibu menunggu telepon penting. Engkau mensyukurinya dengan bertelepon ria sepanjang malam.
Saat engkau berumur 18 tahun, Ibu menangis haru pada hari kelulusanmu. Engkau mensyukurinya dengan berpesta pora bersama temanmu hingga fajar menjelang.
Ketika tubuh bertambah lemah, semakin tua ...
Saat engkau berumur 19 tahun, Ibu membayari biaya kuliahmu, mengantarkanmu ke kampus dan membawakan barang-barangmu. Engkau mensyukurinya dengan berpamitan sedemikian rupa, agar tak nampak Ibu memelukmu di depan teman-temanmu.
Saat engkau berumur 20 tahun, Ibu bertanya sudahkah engkau mempunyai pacar ? Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Bukan urusanmu."
Saat engkau berumur 21 tahun, Ibu menyarankanmu bekerja di bidang ini-itu kelak. Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Aku tidak mau seperti Ibu."
Saat engkau berumur 22 tahun, Ibu memelukmu saat tibanya hari wisudamu. Engkau mensyukurinya dengan minta hadiah tur ke Eropa.
Saat engkau berumur 23 tahun, Ibu memberikan perabotan untuk rumah kontrakanmu. Engkau mensyukurinya dengan mengatakan pada temanmu, perabotan itu jelek.
Saat engkau berumur 24 tahun, Ibu bertemu dengan pacarmu dan menanyakan rencana pernikahanmu. Engkau mensyukurinya dengan melotot dan menggeram, "Ibuu ... nantilah !"
Saat engkau berumur 25 tahun, Ibu membantu biaya pesta pernikahanmu dan Ibu menangis bahagia, serta mengatakan betapa besar cintanya padamu. Engkau mensyukurinya dengan pindah ke luar kota.
Saat engkau berumur 30 tahun, Ibu memberi nasihat untuk perawatan anak-anakmu. Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Sekarang zamannya sudah beda."
Saat engkau berumur 40 tahun, Ibu menelponmu dan mengingatkan akan acara perkumpulan keluarga. Engkau mensyukurinya dengan mengatakan bahwa engkau benar-benar sibuk sekarang.
Saat engkau berumur 50 tahun, Ibu jatuh sakit dan membutuhkan engkau untuk merawatnya. Engkau mensyukurinya dengan menceritakan kisah orang tua yang menjadi beban bagi anak-anaknya.
Hingga kemudian, di suatu hari, Ibu meninggal.
Dan segala sesuatu yang tak pernah kau baktikan untuk Ibu setulusnya, menjelma menjadi penyesalan yang menyiksa dirimu seperti halilintar.

Friday, November 26, 2004

Cerpen Budaya : ANTARA SIMBOK, MAMA, DAN PAPA

Cerpen Sartono Kusumaningrat

Anakku, masik duduk di TK. Suatu siang ia pulang dengan menangis. Aku tidak begitu memperhatikannya karena tangis dan anak-anak adalah dunia yang tidak terpisahkan. Di jok boncengan sepeda ontelku ia tampak tidak mau bicara. Aku tersenyum saja. Ah, nanti dia toh akan berhenti sendiri dengan tangisnya. mana mungkin ia betah menangis seharian.

Ketika sampai di rumah ia mogok makan. Istriku membujuknya dengan keras karena ia khawatir anakku akan jatuh sakit. Kalau anakku jatuh sakit, aku dan istriku jugalah yang akan kerepotan sendiri.

"Mengapa kamu menangis ?" tanya istriku dengan cemas. Anakku menggeleng. "Ayolah cerita sama Simbok." anakku teguh dengan gelengan kepalanya.

"Kamu dimarahi guru ?" aku nimbrung mencoba mencairkan kebisuannya. Bagaimanapun aku harus mengakui bahwa hati kecilku ingin tahu apa yang menjadi persoalannya sehingga ia pulang sekolah sambil menangis.

Demi mendengar pertanyaanku anakku bertambah berguncang dadanya menahan tangis. Mungkin sekali ia merasa jengkel ketika sepanjang jalan ia tak kutanyai perihal penyebab tangisnya. Barangkali ia merasa tidak aku sayangi, tidak aku perhatikan sehingga rasa jengkel dan sakit hatinya terasa menumpuk di dada.

"Aku malu….." tiba-tiba ia berbicara dalam keterbataan.

"Lho, apa yang mesti membuatmu malu ?"

"Pokoknya aku malu."

"Lho, malu kan mesti ada sebabnya to, Nak ?"

"Aku diejek."

Aku tertawa. Istriku memberengut, matanya mendelik, tidak setuju dengan tertawaku.

"Bapak itu kok malah tertawa. Apa yang ditertawakan ?" istriku sewot.

"Lho wong cuma diejek saja kok menangis."

"Lho anak kita kan masih kecil. Kalau dia diejek dan tidak kuat menanggung malu jelas dia akan menangis ta Pak ? Sakit hati !"

"Nak, kamu diejek bagaimana kok lantas menangis tanpa henti ?"

"Aku diejek karena tidak punya ibu."

"Huaaa….haaa….haaa…." Sungguh aku terbahak-bahak mendengar penuturan anakku ini.

"Lho, lho, lho, aku ini apamu Nak kalau bukan ibumu ?" tanya istriku di sela suara tawaku.

"Tidak. Aku tidak punya Ibu. Hanya punya Simbok !" anakku berteriak. Air mata masih saja terburai-burai di permukaan pipinya yang tembem.

Aku tidak dapat menghentikan ketawaku. Istriku yang mendengar omongan anakku tersenyum kecut.

"Lho apa bedanya to Nak ?"

"Simbok menurut teman-temanku adalah kampungan. Ndesa !"

"Ooolaaah Nak. Yang ndesa itu justru teman-temanmu itu." istriku membela diri. Apa teman-temanmu itu tahu artinya simbok ? Mana mungkin mereka tahu ! Bahkan orang tua mereka pun aku jamin tidak tahu artinya simbok. Anakku sayang, kamu harus tahu bahwa kata simbok memiliki arti yang sangat mulia, Nak."

"Tidak. Aku ingin memanggil Simbok dengan Mama atau Mami. Aku tidak mau lagi memanggil Simbok dengan simbok. Nanti dikata-katai sebagai bocah ndesa lagi."

Kini aku menghentikan tertawaku. Nampaknya persoalan sebutan simbok dan mama ini menjadi persoalan yang gawat bagi anakku. Hal ini bisa mengganggu eksistensinya di sekolah. Bisa mempengaruhi rasa percaya dirinya. Kalau hal ini dibiarkan begitu saja tidak mustahil akan membuat prestasi sekolahnya jeblok atau bahkan ia akan mogok sekolah.

"Ketahuilah Nak, sebutan simbok memiliki arti yang dalam, bukan main-main." Aku turut menandaskan apa yang dikatakan istriku dengan wajah yang kubuat serius. Anakku menghapus sisa air mata di sudut-sudut matanya. Wajahnya juga serius memperhatikanku. "Simbok itu memiliki makna sebagai orang yang suka tombok. Tombok itu artinya menutup kekurangan, melunasi, dan membuat sempurna. Contohnya kalau bapakmu ini sedang tidak punya uang untuk belanja, Simbok itulah yang akan menomboki. Jika bajumu robek, maka Simbokmu inilah yang akan tombok dengan waktu, tenaga, dan biaya untuk membuat bajumu utuh kembali. Demikian juga dengan hal-hal lainnya."

Anakku memandangku dan memandang wajah simboknya berganti-ganti. Nampaknya ia mencoba memahami apa yang aku katakan. Barangkali ia memang tidak dapat mengerti sepenuhnya dengan apa yang baru saja aku jelaskan itu. Tetapi paling tidak apa yang aku jelaskan itu entah separo atau seperempatnya pasti bisa menyangkut di dalam isi kepalanya.

"Tapi panggilan simbok tetap ndesa Pak. Kenapa to Simbokku itu tidak boleh kupanggil mama ?"

Istriku tersenyum pahit. Aku pun begitu.

"Di samping aku tidak tahu apa makna di balik kata mama itu, aku juga merasa lebih sreg dengan sebutan simbok karena aku lebih paham, lebih mengerti makna kata itu daripada kata mama atau mami, Nak."

"Tapi aku malu."

Aku terdiam. Aku mencoba memahami apa yang sedang dialami oleh anakku satu-satunya itu. Pengaruh lingkungan ternyata sangat kuat sebagai penyebab perubahan dan pembentukan kejiwaan anak. Padahal aku tidak mau sebenarnya anakku ikut-ikutan gaya hidup orang lain. Bagiku sebutan mama atau mami membawa konsekuensi yang tidak sederhana. Di samping aku harus mengerti apa makna dan etimologisnya, aku juga harus paham pada konsekuensi sosial dan psikologisnya bagi keluargaku sendiri.

Sejauh pengertahuanku, sebutan ini bukan berasal dari bahasa bangsaku, bangsa Indonesia. Kata mama dan mami konon berasal dari daratan Eropa sana. Oleh bangsa bule hal ini dibawa sampai ke negeri-negeri jajahannya. Oleh karena penjajahan itu, bangsa pribumi menjadi dan dijadikan bangsa yang inferior oleh bangsa penjajah. Sebutan-sebutan, gelar, gaya berpakaian, gaya berbahasa secara langsung maupun tidak menjadi alat untuk mengkelaskan bangsa. Bangsa penjajah menempatkan dirinya sebagai bangsa yang superior. Kesuperioran ini ditunjukkan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah sebutan mama, papa, papi, daddy, momy, dan mami ini.

Sebutan mama dan mami menjadi penanda bahwa keluarga yang bersangkutan adalah keluarga yang lebih super daripada keluarga yang menyebut orang tua perempuannya dengan simbok. Dikesankan lebih barat, modern, intelek, dan mencirikan kultur kota sebagai bentuk oposisi dari kultur desa yang diwakili oleh sebutan simbok. Sebutan itu juga mengesankan bentuk kesuperioran yang lain. Entah super tingkat kekayaannya, pangkatnya, kedudukan sosialnya, intelektualitasnya, atau bahkan hanya biar disangka keluarga yang tidak ketinggalan zaman. Kini anakku sedang merasakan dampak dari semuanya itu. Aku sangat kesulitan menjelaskan ini pada anakku.

"Kalau aku tidak boleh menyebut mama pada Simbok, aku tidak mau sekolah !" Anakku mengancam. Baginya etimologi kata itu barangkali memang tidak penting. Ia hanya melihat fungsinya sekarang. Bukan pada perjalanan sejarah artinya. Kata mama, papa, mami, dan papi lebih mengesankan fungsi kultur kota, modern, dan hebat. Ini yang dimaui anakku. Ia tidak mau ketinggalan zaman dengan teman-teman sekelasnya. Apa boleh buat, aku yang sangat malu disebut papa karena aku memang tidak tahu artinya terpaksa menerima kenyataan itu. Mulai detik itu aku rela disebut papa dan istriku yang biasa disebut simbok rela disebut mama demi ketenteraman hati anak kami. Dalam hati aku aku tersenyum getir, satu sekrup budaya lokal bangsaku telah lepas ….

www.tembi.org

Tuesday, November 23, 2004

Menjadi Seorang Sahabat



Pada satu perbedaan antara menjadi seorang kenalan dan menjadi seorang sahabat. Pertama, seorang kenalan adalah seorang yang namanya kau ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki persamaan, dan yang disekitarnya kau merasa nyaman. Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan dengannya kau berbagi. Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau mengerti karena kau tidak cukup tahu tentang mereka.

Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai.. Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan orang itu, dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada. Sahabat-sahabat adalah orang dimana kau diingatkan ketika kau melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang fotonya kau miliki dan wajahnya selalu ada di kepalamu. Mereka adalah orang-orang yang kau lihat dalam pikiranmu ketika kau mendengar sebuah lagu di radio karena mereka membuat dirimu berdiri untuk menghampiri mereka dan mengajak berdansa dengan mereka atau mungkin kau yang berdansa dengan mereka, mungkin mereka menginjak jari kakimu, atau sekedar menempatkan kepala mereka di pundakmu. Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kau merasa aman karena kau tahu mereka peduli terhadapmu. Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasan pun.

Mereka berkata jujur - pertama kali - dan kau melakukan hal yang sama. Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, mereka akan bersedia mendengar. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu atau menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, mereka akan berusaha keras untuk memperbaikinya. Mereka adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar ataupun tidak. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menangis ketika kau tidak diterima di perguruan tinggi dan selama lagu terakhir di pesta perpisahan kelas dan saat wisuda.

Mereka adalah orang-orang yang pada saat kau peluk, kau tak akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri. Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin adalah orang yang kau nikahi.

Monday, November 22, 2004

Motivasi : Terlahir untuk sukses

1. Kamu adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna. Percayalah akan potensi tak terbatas dalam diri Kamu dalam menuju langkah pertama menuju kebesaran.
2. Apapun bakat unik Kamu, Kamu harus memutuskan untuk menemukan, menggunakan dan membagikannya.
3. Apa yang kamu kerahkan akan bertambah, apa yang kamu bagikan akan berlipat ganda, apa yang tersembunyi akan kelihatan dan apa yang kamu bawa waktu lahir harus dinyatakan, digunakan dan dikembangkan.
4. Siapapun yang dapat sukses jika cukup banyak pintu terbuka, semua yang dituntut merupakan kunci dan itu semua sudah ada jauh di dalam diri kamu.
5. Pengetahuan bukan suatu yang bahaya. Ketidaktahuan bukan kebahagiaan. Berani mengeksplorasi kuasa-kuasa pikiran kamu.
6. Jika kamu tidak mengerti atau menerima diri sendiri, bagaimana kamu dapat mengharapkan orang lain mengerti atau menerima kamu.
7. Masa lalu tidak bisa sama dengan masa depan kamu kecuali kamu memilih untuk membiarkan itu terjadi dengan terus menghidupkannya.
8. Jika kamu tidak membuat kesalahan, kamu tidak akan berkembang. Belajarlah dan terus bergerak maju. Sikap kamu lebih penting daripada intelijensi atau fakta
9. Kamu dapat melakukannya bila kamu percaya kamu bisa, hanya dengan demikianlah kamu dapat melihat bahwa kamu benar.
10. Keluar dari krisis ada peluang yang harus ditemukan, Bagaimana kamu bereaksi terhadap perubahan yang diciptakan oleh kemalangan akan menentukan sukses atau gagal.
11. Pandanglah setiap rintangan sebagai bagian pembayaran menuju sukses kamu. Gunakan itu untuk memperkuat kamu bukan melemahkan kamu.
12. Gunakan lebih banyak waktu untuk daftar kehidupan daripada daftar belanja. Kamu tidak dapat disimpangkan dari apa yang kamu inginkan bila kamu terpikat dengan apa yang kamu lakukan.
13. Jika motif seseorang salah, tak satupun dapat menjadi benar. Apa yang berani kamu lakukan jika kamu tahu itu tidak mungkin gagal.
14. Keinginan kamu untuk menjadi, melakukan dan memiliki adalah obat paling ampuh di dunia.
15. Semua pencapaian besar adalah hasil dari suatu rangkaian yang terdiri dari banyak pencapain kecil.
16. Ada gerakan maju atau mundur ke belakang-dunia tidak diam berdiri bagi setiap individu. Segala sesuatu berarti tidak ada yang netral.
17. Semakin banyak andil kamu, semakin banyak yang kamu miliki. Bagilah apa yang baik dalam diri kamu dan perhatikan itu sampai menjadi berlipat ganda, tahan apa yang buruk dan perhatikan sampai hal itu berkurang.
18. Saya merasa bahagia! Saya merasa sehat! Saya merasa hebat!
19. Bila kamu berupaya untuk mengerti seseorang, pandanglah dunia lewat lensa mereka, bukan lensa kamu.
20. Upayakan dunia batin kamu untuk memperkuat dunia luar kamu.
21. Investasikan 1% dari waktu kamu setiap hari untuk diri kamu dan 99% lain akan menarik manfaat.
22. Sejauh mana kegigihan kamu sebanding dengan kepercayaan yang kamu miliki dalam diri kamu. Percaya, gigih, memperoleh.
23. Bila roda kehidupan keluar lingkaran, perjalanan menjadi sukar. Gunakan keseimbangan untuk sampai ke tempat yang hendak kamu tuju dengan kebulatan tekad.
24. Dalam mengenali diri sendiri sehubungan siapa kamu, kamu menyadari bahwa ‘lingkungan’ tidak akan pernah mengkondisikan kamu kembali, tapi kamu akan selalu mengkondisikan lingkungan kamu.
25. Segera setelah kamu mengerti fakta kamu dapat bangkit, kamu akan bangkit.
26. Selalu lihatlah diri kamu sebagai pribadi yang benar-benar kamu inginkan. Hentikan kebiasaan melihat diri sebagai orang yang tidak dapat mencapai sesuatu yang spektakuler. Jangan berandai-andai. Lakukan sesuatu.
27. Gangguan tidak dapat masuk ke jalan kamu, itu hanya akan membujuk kamu untuk masuk ke jalannya.
28. Selalu berupayalah untuk memperbaiki diri dan dunia yang kamu inginkan akan menyusul dengan cepat. Mulailah sekarang menerima tantangan kehidupan.

Sunday, November 21, 2004

Sandal Jepit Istriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh... betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan.
"Ummi... Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar...? Selalu saja,kalau tak keasinan...kemanisan, kalau tak keaseman... ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu. "Sabar bi...,Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul...? " ucap isteriku kalem. "Iya... tapi abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini...!" Jawabku dengan nada tinggi.
Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan 'baiti jannati' di rumahku. Namun apa yang terjadi...? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian... ouw... berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. "Ummi...ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini...?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bias masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah...?" Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis...," batinku berkata dalam hati. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat...? Isteri shalihat itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. "Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa.
Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya? "ucapku. "Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku.

"Lho, kok bilang gitu...?" selaku. "Iya, dalam kondisi muntah-muntahseperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,"ucap isteriku lagi. "Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.

Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah.
Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. "Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.

"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain.
Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidahku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.
Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikansepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya." Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku...? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya.
Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!!

"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas.Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. "Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. "Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...,"ucapnya dengan suara tulus. Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan 'iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku...? Semoga berguna bagi kita semua....amin ya rabbal alamien

Saturday, November 20, 2004

Balada Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu, " katanya, "hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.

Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri".

Friday, November 19, 2004

Belajar Cinta dari Apapun

Kita belajar apa itu cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam gendongan, sedangkan kedua belah tangannya sibuk menisik selimut keluarga.
Dalam dadanya tiada sesuatu apa selain ketulusan memberi atas nama cinta.

Kita belajar apa itu cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sejumput padi dan setuang air setelah seharian berterik-terik di ladang. Dalam dadanya tiada sesuatu apa selain kegembiraan memberi atas nama cinta.

Karena cinta bukan hanya sekedar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh dayu, bahkan cinta bukan hanya cinta yang kita rasakan saat jatuh cinta.

Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi.
Dari cahaya mentari;
Dari sepasang merpati.
Dari sorot mata anak-anak yang menanti pemberian kasih.
Dari sujud dan tengadah doa.
Dariapa pun.........

Seperti apakah cinta?
Cinta mempunyai tangan untuk menolong orang lain.
Cinta mempunyai kaki untuk mendorong yang 'miskin' dan membutuhkan.
Cinta mempunyai mata untuk melihat penderitaan dan keinginan.
Cinta mempunyai telinga untuk mendengar rintihan dan kesengsaraan.

Cinta tidak ada kaitannya dengan yang ingin anda dapatkan, tetapi berhubungan dengan yang ingin anda berikan - apa pun itu. Yang akan anda terima sebagai balasan bermacam-macam. Tetapi itu sama sekali tidak berhubungan dengan yang anda berikan. Anda memberi karena cinta dan tidak bisa tidak memberi. Apabila anda beruntung, mungkin anda balik dicintai. Itu indah sekali, tetapi tidak harus selalu demikian.

Thursday, November 18, 2004

Selalu ada ANAK...

Ini tulisan pertamaku...

Mungkin orang bakalan bertanya, kenapa ada foto aku bersama anak kecil di blog ini?!? Rasa penasarannya bakalan bertambah dengan mengira-ngira kalo aku sudah punya istri, sudah punya anak atau sudah jadi bapak. Padahal aku masih single... "perjaka ting-ting". Hehehhee... Tapi yang sudah kenal aku cukup lama nggak bakalan kaget soal foto-fotoku bareng bocah mungil dan imut itu.

Hampir di semua halaman web baik homepage pribadi, friendster, profile yahoo, yahoo messenger, photo gallery selalu ada foto anak. Di komputerku-pun tersimpan seabrek foto-foto anak baik foto ponakanku maupun foto anak-nya temanku. Di monitor komputerku juga terpampang foto imut ponakanku, di dompetku ada fotoku waktu masih bayi. Pokoknya di mana ada aku, selalu ada foto anak.

Semua foto itu aku koleksi bukan sebagai gaya-gayaan. Aku sangat suka dengan dunia anak. Dunia yang penuh dengan kepolosan, kelucuan, keceriaan, kegembiraan, tangisan dan teriakan manja sang anak sewaktu digendong ibunya. Wajah-wajah imut dan lucu , yang seolah bersih tak bernoda maupun dosa. Maka jika kita punya dosa, bandingkanlah dosamu dengan dosa sang anak yang baru lahir. Dia terlahir tidak membawa dosa, sedangkan kita yang sudah berumur... setiap harinya mengoleksi dosa, namun enggan bertobat.

Kecintaanku terhadap anak masih kalah besar dengan cinta ibu kepada anak-anaknya. Namun demikian, aku berusaha mencintai dan menyayangi anak-anak semampuku. Setiap pulang kampung, aku selalu bermain dengan ponakan-ponakanku. Kedekatanku dengan ponakan-ponakanku membawa kerinduan yang dalam sewaktu aku kembali ke Jakarta. Suara-suara mereka seolah terngiang terus di telingaku. Senyum mereka aku abadikan dalam setiap jepretan kamera yang selalu aku bawa kalo aku pulang kampung.

Lain di desa lain di kota. Di Jakarta, aku biasa bermain dengan anak-nya temen kantorku atau anak-anaknya boss-ku. Kadang mereka dibawa ke kantor. Kadang aku yang main ke rumah mereka. Sewaktu anak-nya temen ulang tahun, aku biasa diundang. Biasanya aku bawain mainan sebagai kado ulang tahun. Di Bekasi, aku juga punya sepupu yang masih berumur 4 tahun. Meskipun jarang ketemu, tapi anak itu cukup dekat dengan aku.

Anak belajar dari Kehidupannya...

Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
Ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih-sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Ya Alloh, karuniakanlah kepadaku anak-anak yang sholeh yang lahir dari rahim ibu yang sholehah. AMIN

Wednesday, November 17, 2004

Bila Siksaan Itu Menimpa Kita

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905 : 20-01-1965" "Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk neneknya....

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 60 tahun ya yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya. "Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun ... "

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910" "Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. "Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka " kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"

Ayahnya tersenyum, "Lalu?" "Iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di kubur .... ya nggak yah?"

Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya ... 36 tahun ... hingga sekarang ...kalau kiamat datang 100 tahun lagi ....136 tahun disiksa .. atau bahagia di kubur .... Lalu ia menunduk ... meneteskan air mata ...Kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya ... lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un ... air matanya semakin banyak menetes.....Sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan ..kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah ...ia semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas..bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya..... Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak ... dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani. Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu... dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur ...tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya .. arti sebuah kehidupan... dan apa yang akan datang di depannya...

Tuesday, November 16, 2004

Hebatnya Cinta

Pernahkah kamu merasakan, bahwa kamu mencintai seseorang, meski kamu tahu ia tak sendiri lagi, dan meski kamu tahu cintamu mungkin tak berbalas, tapi kamu tetap mencintainya,

Pernahkah kamu merasakan, bahwa kamu sanggup melakukan apa saja demi seseorang yang kamu cintai, meski kamu tahu ia takkan pernah peduli. ataupun ia peduli dan mengerti, tapi ia tetap pergi.

Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta?!?
Tersenyum kala terluka, menangis kala bahagia, bersedih kala bersama, tertawa kala berpisah, aku pernah, aku pernah tersenyum meski kuterluka karena kuyakin Tuhan tak menjadikannya untukku, aku pernah menangis kala bahagia, karena kutakut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja, aku pernah bersedih kala bersamanya, karena kutakut aku kan kehilangan dia suatu saat nanti, dan aku juga pernah tertawa saat berpisah dengannya, karena sekali lagi,cinta tak harus memiliki, dan Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain untukku. aku tetap bisa mencintanya, meski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku, karena memang cinta ada dalam jiwa, dan bukan ada dalam raga

Monday, November 15, 2004

Mencintai dan Dicintai

Kebahagian manusia ada bila ia bisa membuka mata hatinya, dan menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti dan menyadari betapa ia dicintai.
Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus...

Kebahagian manusia tidak dapat hadir karena tidak mau membuka hati,
dan berusaha meraih apa yang tidak dapat diraih,
terlalu memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan,
tidak mau menerima dan mensyukuri apa yang ia miliki.

Keegoisan manusia yang menyebabkannya menjadi buta,
keegoisan dan hanya memikirkan diri sendiri
yang menyebabkan manusia tidak sadar bahwa ia begitu dicintai,
tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik untuknya...

Begitu banyak sahabat yang begitu mencintai,
tapi karena terlalu memilih, menilai dan menghakimi sendiri..
justru sahabat sejati menjadi semakin jauh..
Terlalu memilih sahabat membuat manusia tak dapat menyadari
di depan mata ada sahabat sejati yang dibutuhkannya..

Tiap tiap manusia memiliki arti dan peranan masing masing, semua berbeda..
tidak ada yang memiliki arti yang sama persis
punya peranan dan kelebihan disatu hal,
tidak harus memiliki peranan dan arti dalam hal lain..
dicintai oleh satu orang belum tentu disayang oleh orang lain..

Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri,
jangan beraharap dari diri manusia lain, karena orang lain dapat mengkhianati..

Kebahagiaan ada bila bisa menerima diri apa adanya,
mencintai dan menghargai diri sendiri,
mau mencintai dan menerima manusia lain..

Percaya kepada Tuhan..
bersyukur bahwa manusia selalu diberikan yang terbaik...
sesuai yang diperbuat manusia itu sendiri,
tak perlu berkeras hati,
Ia akan memberi di saat yang tepat apa yang manusia-Nya butuhkan,
tidak harus saat ini, masih ada esok hari..

Sunday, November 14, 2004

Persahabatan

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya...

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan,dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia terinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda?? Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai?? Siapa yang ingin bersama anda saat anda tak bisa memberikan apa-apa??

MEREKALAH SAHABAT ANDA Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.

** Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita**

Saturday, November 13, 2004

Hanya Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,

bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku? Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku? Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya? Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah, kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika: aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih. Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

(WS Rendra)

Friday, November 12, 2004

Setelah Ramadhan...

Usai sudah...
bulan ramadhan yang penuh berkah
Berakhir sudah...
bulan ramadhan yang penuh kemuliaan
Tapi...
akan begitu pulakah amal ibadah yang sebulan ini telah dilakukan?

Selama Ramadhan...
Kesabaran dicoba 'tuk dikendalikan
Hawa nafu sebisanya ditahan
Semoga memang karena Alloh lah
semua itu dikerjakan
Agar tak sia-sia segala pengorbanan
Agar ridho Illahi yang akan benar-benar didapatkan

Setelah Ramadhan...
Apakah yang kira-kira akan tertinggal?
Apakah terus bertahankah kesabaran yang telah teruji sebulan lepas?
Akan terus terkendalikah hawa nafsu yang telah terlatih sebulan lepas?
Atau...
Apakah malah akan hilang lenyap tiada bekas dan jejak yang terlihat?

Setelah Ramadhan...
setelah bersalaman dihari lebaran..
setelah memohon ampunan Alloh dan ma'af dari sesama...
sudah bebas dan merdekakah 'tuk berbuat sesuaknya?
Seakan-akan hilang sudah kekangan sebulan sebelumnya
Tidak...
bukan malah tanggung jawab menanti di depan sana

Hari Raya Idul Fitri hari kemenangan
Bagi setiap muslim di mana saja
Yang telah menjalani ujian selama Ramadhan
Yang telah memenuhi salah satu kewajibannya
Sebagai hamba sang pencipta
Tapi...
Kemenangan itu tidaklah akan berumur panjang
Bila setelah Ramadhan kembali arus duniawi
melenakan diri dan jiwa

Setelah Ramadhan..
Apakah yang akan dapat terlihat pada ummat?
Apakah yang akan terus dipunya?
Apakah hasil ujian selama Ramadhan masih akan ada?
Atau malah melayang hilang entah ke mana?
Wallohualam semoga tidak demikian adanya.

---------------------------------------------------------------

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1425 H
Taqobbalallohu mina wa minkum, waja'alna minal aidin wal faizin

Thursday, November 11, 2004

Cinta dan Perkawinan (PLATO)

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?" Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)" Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta" Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?" Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

CATATAN - KECIL :

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

*************

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

Wednesday, November 10, 2004

Cerita Batu Berharga

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu.Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual.

Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya. Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.

Adapun si batu kecil merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman".

Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu "Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta".

Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya.

Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri.

Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputus asaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu, "Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?"

Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu, "Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali".

Mengertikah apakah maksud cerita di atas? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah dihadapanNya.

Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.

Tuesday, November 09, 2004

Hidup penuh perjuangan

Seorang cadel ingin membeli nasi goreng yang sering mangkal di dekat rumahnya.

Cadel: Bang, beli nasi goleng satu
Abang: Apa...? (ngledek)
Cadel: Nasi goleng!
Abang: Apaan ? (ngledek lagi)
Cadel: Nasi goleng!!!
Abang: Ohh nasi goleng...

Sambil ditertawakan oleh pembeli yang lain dan pulanglah si cadel dengan sangat kesal. Sesampainya di rumah dia bertekad untuk berlatih mengucapkan "nasi goreng" dengan benar. Hingga akhirnya dia mampu mengucapkan dengan baik dan benar.

Hari 2.....
Dengan perasaan bangga, si cadel ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengucapkan pesanan dengan tidak cadel lagi.
Cadel: Bang, saya mau beli NASI GORENG, bungkus!!!
Abang: Ohh...pake apa?
Cadel: ...pake telol... (sambil sedih)

Akhirnya kembali dia berlatih mengucapkan kata "telor" sampai benar.

Hari 3......
Untuk menunjukkan bahwa dia mampu, dia rela 3 hari berturut - turut makan nasi goreng.

Cadel: Bang, beli NASI GORENG, pake TELOR!!! bungkus!
Abang: Ceplok atau dadar?
Cadel: Dadal... (dengan spontan)
Kembali dia berlatih dengan keras.

Hari 4.......
dengan modal 4 hari berlatih lidah hari ini dia yakin mampu memesan dengan tanpa ditertawakan.

Cadel: Bang, beli NASI GORENG, pake TELOR, diDADAR!
Abang: Hebat kamu 'del, udah nggak cadel lagi nich, harganya Rp.2500 del

Si cadel menyerahkan uang Rp.3000 kepada si abang, namun si abang tidak memberikan kembaliannya, hingga si cadel bertanya :

Cadel: Bang, kembaliannya?
Abang: Oh iya, uang kamu Rp.3000, harganya Rp.2500, kembalinya berapa del?(sambil senyum ngledek)
Si cadel gugup juga untuk menjawabnya, dia membayangkan besok bakal makan nasi goreng lagi. Tapi akhirnya dia menjawab :

"GOPEK...!!!". Sambil tersenyum penuh kemenangan.

Monday, November 08, 2004

Berkaca pada diri sendiri

Ketika dua cermin saling berhadapan, muncul pantulan yang tak terhingga. Begitulah bila anda mau bercermin pada diri sendiri. Akan anda temukan bayangan yang tak terhingga. Bayangan itu adalah kemampuan yang luar biasa; ketakterbatasan yang memberi kekuatan untuk menembus batas rintangan diri. Berkacalah pada diri sendiri, dan temukan kekuatan itu.

Singkirkan cermin diri orang lain. Di sana hanya terlihat kekurangan dan kelemahan anda yang akan memupuk ketidakpuasan saja. Dan ini akan menjerumuskan anda ke dalam jurang kekecewaan.

Anda bukan orang lain. Anda adalah anda yang memiliki jalan keberhasilan sendiri. Mulailah hari ini dengan menatap wajah anda. Carilah bayangan yang tak terhingga itu. Di sana ada kekuatan yang akan membawa anda ke puncak keberhasilan

Sunday, November 07, 2004

Lelaki dan 4 istrinya

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri. Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini. Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain. Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit. . Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri." Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya.

"Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku?"
Ia terdiam. "Tentu saja tidak," jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya. Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga.

"Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku?"
Istrinya menjawab, "Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati." Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam. Lalu, ia bertanya pada istri keduanya.

"Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku?"
Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya. "Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu." Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa. Tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu."
Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku."

****************

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini. Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita. Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak. Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan. Semoga

Saturday, November 06, 2004

Jangan pernah putus asa

Pada suatu saat, Iblis mengiklankan bahwa ia akan mengobral perkakas-perkakas kerjanya. Pada hari H, seluruh perkakasnya dipajang untuk dilihat calon pembelinya, lengkap dengan harga jualnya. Seperti kalau kita masuk ke toko hardware, barang yang dijual sungguh menarik, dan semua barang kelihatan sangat berguna sesuai fungsinya. Harganyapun tidak mahal.

Barang yang dijual antara lain; Dengki, Iri, Tidak Jujur, Tidak Menghargai Orang Lain, Tak Tahu Terima Kasih, Malas, Dendam, dan lain-lainnya.

Di suatu pojok display, ada satu perkakas yang bentuknya sederhana, Sudah agak aus, tetapi harganya sangat tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain. Salah satu calon pembeli bertanya, "Ini alat apa namanya?" Iblis menjawab: "Itu namanya Putus Asa" "Kenapa harganya mahal sekali, padahal sudah aus?"
"Ya, karena perkakas ini sangat mudah dipakai dan berdaya guna tinggi. Saya bisa dengan mudah masuk ke dalam hati manusia dengan alat ini dibandingkan dengan alat lain. Begitu saya berhasil masuk ke dalam hati manusia, saya dengan sangat mudah melakukan apa saja yang saya inginkan terhadap manusia tersebut. Barang ini menjadi aus karena saya sering mengguna- kannya kepada hampir semua orang, karena kebanyakan manusia tidak tahu kalau Putus Asa itu milik saya ..

Friday, November 05, 2004

Cinta... cinta... cinta...

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? ketika kita menangis? ketika kita membayangkan ? ketika kita berciuman? Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT......

Kita semua agak aneh...dan hidup sendiri juga agak aneh... Dan ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya SEJALAN dengan kita..kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan CINTA..

Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan.. Orang2 yang tidak ingin kita tinggalkan... Tapi ingatlah...melepaskan BUKAN akhir dari dunia.. melainkan awal suatu kehidupan baru..

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari...dan mereka yang telah mencoba..... Karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka..

CINTA yang AGUNG?
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya.. Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia.. Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'

Apabila cinta tidak berhasil...BEBASKAN dirimu... Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI ..

Ingatlah...bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya.. tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati bersamanya... Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.

Entah bagaimana...dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri..dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada. HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan2 kehidupan yang telah kau buat.

TEMAN SEJATI...
Mengerti ketika kamu berkata 'Aku lupa..' Menunggu selamanya ketika kamu berkata 'Tunggu sebentar' Tetap tinggal ketika kamu berkata 'Tinggalkan aku sendiri' Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata 'Bolehkah saya masuk?'

MENCINTAI...
BUKANlah bagaimana kamu melupakan..melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN.. BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan..melainkan bagaimana kamu MENGERTI.. BUKANlah apa yang kamu lihat..melainkan apa yang kamu RASAKAN.. BUKANlah bagaimana kamu melepaskan..melainkan bagaimana kamu BERTAHAN..

Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati...dibandingkan menangis tersedu2.. Air mata yang keluar dapat dihapus..sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang..

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang.. Tapi ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah, kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia..dapat mencintai seseorang..LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri..

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

Apabila kamu benar2 mencintai seseorang, jangan lepaskan dia.. Jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar2 mencintai MELAINKAN...BERJUANGLAH demi cintamu Itulah CINTA SEJATI

Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama orang 'yang tersedia' Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai DARIPADA orang yang berada di sekelilingmu.

Lebih baik menunggu orang yang tepat kerena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang dengan hanya dengan 'seseorang' Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu dan kadang kala, teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.

Thursday, November 04, 2004

Temukan Cinta Anda

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan.

Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas- tugas dengan lebih baik lagi.

Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga.

Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.

Apa saja. Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

Wednesday, November 03, 2004

Demi Tuhan aku katakan....

Untuk Dia'n' yang jauh di Pulau

Keheningan malam
Membawa seribu makna
Kepada kenangan lalu

Angin bayu yang bertiup tenang
Setenang hati dan perasaanku
Demi Tuhan ku katakan
Aku sayang padamu

Insan ini banyak mengajarku
Arti kehidupan, arti kedewasaan
Arti sebuah kedukaan

Kini takdir menentukan segalanya
Kita dipisahkan karena cita-cita
Kita terpaksa akur karena kehendaknya
Aku berdoa' semoga dirimu berbahagia

Semoga Allah akan menemukan kita
Dan terjalin satu ikatan mesra
Sebelumku hembuskan nafasku yang terakhir.

Tuesday, November 02, 2004

Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar

Suatu hikmah yg seringkali kita abaikan dalam kehidupan di dunia ini..:) Dia hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri di pinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya. Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tahu apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata "Saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil bukankah disana lebih hangat? oh ya nama saya Bryan."

Yach memang dia sudah terlalu lelah apalagi untuk wanita setua dirinya hal ini benar-benar terasa berat. Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia berkata bahwa ia dari St Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan. Wanita itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum. Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia akin pabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatannya.

Ia berkata kepada wanita itu "Bila benar-benar ingin membalas jasanya, maka apabila suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut .. dan ingatlah pada saya". Bryan menunggu sampai wanita itu menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar.

Pelayan datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan. Setelah wanita itu selesai makan dan, sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang $100. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu: "Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu. Maka inilah yang harus kamu lakukan: "Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang".

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan apa yang di tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya? Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut sambil berbisik "semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan" (Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar).

Monday, November 01, 2004

Aku bersyukur...

- Mendengar anggota keluargaku ngomel-ngomel dirumah, berarti aku masih punya keluarga yang utuh.
- Merasa lelah dan pegal linu setiap sore, sebab itu berarti aku mampu bekerja keras.
- Membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu dirumah, karena itu berarti aku dikelilingi teman-teman.
- Pakaianku terasa agak sempit, karena itu berarti bahwa makanku cukup kenyang.
- Mencuci dan menyetrika tumpukan baju, sebab itu berarti aku memiliki pakaian.
- Membersihkan halaman rumah, membersihkan jendela, memperbaiki talang Dan got, karena itu berarti aku memiliki tempat tinggal.
- Duduk kembali di kantor, berarti masih ada perusahaan yang mau memperkerjakan aku bahkan perusahaan masih mampu membayar gaji setiap bulannya.
- Mendengar nyanyian suara yang fals, karena itu berarti aku bisa mendengar.
- Mendengar bunyi jam alarm dipagi hari, sebab itu berarti aku HIDUP.
- Akhirnya......... aku hanya perlu bersyukur mendapatkan e-mail ini, karena tidak sadar aku masih memiliki teman yang peduli padaku.

Ohh...indahnya......

Kirimlah e-mail ini kepada temanmu. Aku baru saja melakukannya. Seseorang yang peduli tentang aku telah mengirimkannya kepadaku